MALILI– Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Timur, Amrulah Rasyid ditunjuk jadi ketua tim untuk melakukan asesmen terkait lahan warga yang terendam yang diduga dari aktivitas bendungan PT Vale.
Kesepakatan membentuk tim ini hasil Rapat Dengar Pendapat yang dilakukan lintas komisi di DPRD, yang di pimpin Muh. Rivaldi ketua Komisi Tiga DPRD Lutim. Senin (16/06/2025).
Dalam RDP ini warga menuding PT Vale penyebab terendamnya lahan sawah warga di Tole dan Lahan Kakao Warga di Desa Laskap.
Namun PT Vale menampik semua tuduhan kerugian itu disebabkan PT Vale. Olehnya itu PT Vale menginginkan ada penilaian tersendiri dari situasi itu.
Erick Estrada, Anggota DPRD Luwu Timur Fraksi PDIP, menyampaikan, Terkait RDP pada hari ini, dari PT Vale sudah ada sinyal baik kedepan dengan kesepakatan membentuk tim terpadu, yang dipimpin kadis Pertanian Amrullah Rasyid.
Tim ini bertugas untuk merancang secara bersama langkah – langkah apa yang akan diambil. Tapi kalau dari Vale kami menilai sudah membuka ruang mencari solusi terkait masalah lahan sawah dan lahan kakao yang terendam ini, agar masyarakat tidak rugi.
Kata Erick, warga menuding air bendungan Vale yang membuat sawah warga teredam di Desa Tole dan lahan coklat di desa Laskap. Diduga kuat tanaman warga ini terendam akibat buka tutup pintu air dari bendungan Vale.
” Ini bukan kejadian pertama kalinya, sebelum ini pernah juga kejadian yang sama terjadi dan Vale bertanggung jawab. Kalau di Desa Tole ada 29 Hektar lebih sawah yang terendam, kalau di desa Laskap hampir seratus hektar lahan kakao warga yang terendam ” Kata Eric.
Untuk keputusan yang tepat, semua akan menjadi tugasnya tim yang dibentuk untuk memverifikasi dan menghitung kembali berapa luas lahan yang terendam dan kerugian inilah yang akan dibicarakan ke Vale.
” Paling lama satu minggu tim ini sudah harus bekerja dan ada hasilnya. Saya mengapresiasi Pak Desa Tole, Pak Desa Laskap dan seluruh komponen yang ada karena bersama – sama memperjuangkan ini, dan kami sebagai anggota dewan akan mengawal ini sampai tuntas.” Tandas Erick.
Alamsyah Anggota DPRD dari Demokrat menambahkan PT Vale harus memikirkan jangka panjangnya masalah ini agar jangan muncul lagi dikemudian hari.
” Contoh kalau di mahalona itu dibangunkan meteran dan perbaiki saluran antara Danau Mahalona dan Danau Towuti, sehingga air bisa lancar. Terutama bendungan di sungai Timbalo ini bisa selesai. Sungai inilah yang menghubungkan Matano ke Mahalona.
Ia menyarankan kalau bisa airnya dimanfaatkan untuk masyarakat dijadikan irigasi atau bendungan sehingga airnya itu tidak langsung masuk kedanau tetapi memutar dulu masuk ke sawah – sawah masyarakat baru masuk kedanau. ” Ungkap Alamsyah.
Manajemen PT Vale, Ichman Laode Muhammad, dalam RDP tersebut, mengatakan PT Vale mendorong adanya satu penilaian dari situasi ini, supaya jelas dalam membuat keputusan.
Ditegaskannya, mereka dari PT Vale tidak mau mengganti rugi dari sesuatu yang tidak jelas. Makanya harus ada penilaian dari tim yang dibentuk.
Diakuinya memang ada kejadian seperti itu tapi apakah itu semua seratus persen dari Vale sebagai penyebabnya , itu harus ada penilaian, olehnya itu kita bentuk tim ini untuk menjadi basis informasi dari semua pihak.
” Dari PT Vale akan mensimulasikan sistem baru, dari petani mengecek kapan dia mulai menanam, karena secara teknis kita punya hitung – hitungan sendiri terkait volume air yang kita lepas. Dan memang di bulan Mei lalu terjadi anomali cuaca. ” Jelas Ichman.
Demikian juga dengan pendangkalan di sungai malili, yang diduga penyebab terendamnya lahan kakao di desa Laskap.
” Kita tahu penyebab pendangkalan ini bukan kontribusi dari vale tapi vale akan melakukan pengerukan. Inilah yang saya katakan tadi masa vale semua yang disalahkan.” Ujarnya.
Olehnya itu kasus ini harus ada penilaian khusus, sehingga dari penilaian ini kita bisa memutuskan apakan harus diberikan kompensasi, atau dalam bentuk bantuan kemanusiaan, atau pilihan lain. Itu pointnya yang saya maksud. Tutup Ichman. (*)