KABARLUTIM.COM,MALILI – Anggota Komisi III DPRD Luwu Timur, Alpian Alwi meminta pihak kontraktor CV. Barata melakukan perbaikan terhadap hasil pengerjaan peningkatan ruas Desa Rante Mario menuju Desa Ujung Baru, Kecamatan Tomoni.

Desakan itu disampaikan Alpian terkait keluhan warga yang diterimanya selaku anggota Komisi III perihal kondisi aspal retak ini.

Dikatakan Alpian, Masyarakat mengeluhkan kondisi jalan aspal diwilayah tersebut , Pasalnya, jalan aspal tersebut baru sebulan selesai dikerjakan kini sudah retak.

Informasi, Berdasarkan data papan proyek, jalan aspal tersebut merupakan pekerjaan jalan paket 4, peningkatan ruas Rante Mario-Ujung Baru menggunakan anggaran APBD 2021 sebesar Rp.998 juta.

Proyek ini dikerjakan oleh CV. Barata selalu kontraktor pelaksana, sedangkan konsultan pengawas CV. Syafrina Survival Konsultan.

“Perlu ada itikad baik dari pihak kontraktor pelaksana CV Barata untuk melakukan perbaikan kembali,”katanya

Menurut Legislator Hanura ini, Kontraktor seharusnya memperhatikan kualitas pekerjaannya.

Demikian pula Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Luwu Timur sebagai pengguna anggaran wajib teliti melakukan pengawasan.

“Pekerjaan (aspal) seperti ini harus memperhatikan kualitas, kalau ada kerusakan seperti ini segera diperbaiki,” ujar dia.

Alpian juga mendorong aparat penegak hukum untuk bersikap terhadap kondisi jalan aspal ini.

“Jika pihak kontraktor tidak ada itikad baik melakukan perbaikan, penegak hukum perlu lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan ini,” pungkasnya.

Sementara, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Syahrir Syahruddin beralasan penyebab retaknya proyek peningkatan ruas Desa Rante Mario menuju Desa Ujung Baru, Kecamatan Tomoni disebabkan karena pergerakan air.

Syahrir Syahruddin menyatakan, pekerjaan itu belum rampung 100 persen dan telah dikenakan denda karena melampaui masa kerja.

“Belum 100 persen ini pekerjaan, masih akan dilakukan pembenahan, kegiatan ini memang menyebrang tahun dan di kenakan denda, jadi belum diterima,” Kata Syahrir Syahruddin, Sabtu (15/1/2022)

Sementara terkait dengan kerekatan itu, Syahrir Syahruddin beralasan jika disebabkan oleh pergerakan air.

“Pas samping itu, ada bronjong. Bronjong itu mi yang dilalui air. Memang aliran air disitu itu. Karena air mengalir disitu jadi di bronjong. Mungkin karena ada pergerakan air karena disitu mungkin ada mata air dibawah disitu mi dia turun,” Jelasnya.

Menurutnya, pekerjaan itu memang mengalami kesulitan karena terdapat mata air sehingga dilakukan pemasangan bronjong.

“Memang agak sulit perlakuannya disitu karena memang sumber air turun kebawah. Memang bukit disitu makanya di bronjong kalau ditutup pakai pasangan batu tidak mengalir air kebawah bisa jatuh proteksinya ke bawah,” Ucap Syahrir Syahruddin. (***)

 

Berita SebelumnyaBupati Luwu Timur Silaturahmi Dengan Suku Adat Padoe
Berita BerikutnyaKomitmen Praktik Berkelanjutan, PT Vale Uji Coba Mobil Listrik di Area Operasional

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini