KABARLUTIM.COM,MALILI- Petani padi Desa Mulyasri, Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur keluhkan jumlah hasil panen menurun dari musim panen sebelumnya.
Salah satu petani, Made (50) mengaku penurunan hasil panen gabah sekitar 50 persen.
“Tahun sebelumnya saya dapat 63 karung waktu panen, sekarang ini cuma 32 karung saja untuk luas 2 hektare. Bahkan ada teman juga yang cuma dapat 4 karung 1 hektare lahan sawahnya,” tutur Made Jumat kemarin
Serangan hama dan tikus menjadi penyebab utama kurangnya hasil panen padi tahun ini. Untuk pemeliharaan, Made mengaku sudah melakukan secara maksimal, termasuk pemberian pupuk.
Namun memang, penyaluran pupuk bersubsidi oleh kelompok tani kepada petani cukup terlambat. Pasalnya, petani baru mendapatkan pupuk setelah padi mulai menguning.
“Ini banyak sekali tikus, baru mulai tumbuh langsung terserang hama, putih, susah juga mengatasinya kalau itu. Padahal kita sudah kasih pupuk,” ujarnya.
“Kita pakai pupuk subsidi juga, cuma lambat sekali. Sudah kuning-kuning padi baru kita terima,” tambahnya.
Made mengeluhkan anjloknya hasil panen padi, disusul harga jual gabah yang juga ikut merosot.
Di Luwu Timur, memasuki musim panan April hingga Mei, rata-rata Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp3.900 per kg, turun dari harga sebelumnya Rp4.200.
“Turun juga harga jualnya. Padahal kita ini kan juga modalnya mulai pemeliharaan, ongkos panen alatnya disewa, terus tenaga angkutnya juga semua berbayar. Jadi kalau balik modal saja sudah syukur,” tutup Made.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Luwu Timur, Amrullah Rasyid mengatakan bahwa iklimlah yang menjadi pemicu hasil padi menurun drastis. Alhasil, padi yang dipanen petani hanyalah sisa serangan tikus.
“Tahun ini curah hujan debitnya tinggi sehingga perkembiakan dan serangan tikuspun terbilang tinggi. Berbagai upaya dilakukan bersama petani untuk mengendalikan tikus namun hasilnya seperti saat ini,” terangnya
Amrullah juga terang-terangan menyalahkan petani atas hasil penen padi yang kurang maksimal.
Menurutnya, petani tidak menghiraukan jadwal tanam yang telah diatur dalam pertemuan kelompok tani, termasuk perihal pengendalian tikus, mengingat Luwu Timur merupakan daerah endemik tikus.
“Petani sebagian besar tidak menanam sesuai jadwal yang ditetapkan melalui tudang sipulung. Pak Bupati sudah memberikan penekanan agar taati rekomendasi tudang sipulung. Taat pada jadwal tanamnya. Taat pada pemilihan benihnya. Taat pada gerakan pengendalian hamanya,” tandasnya.(***)