News  

Madrasah, Pesantren, dan Guru PAI Didorong Jadi Penggerak Moderasi Beragama di Luwu Timur

Mallingkai Ilyas : Guru Jadi Garda Terdepan Toleransi

 

LUWU TIMUR – Kantor Kementerian Agama (Kemenang) Kabupaten Luwu Timur menggelar kegiatan Penguatan Moderasi Beragama, yang berlangsung di Gedung PLHUT Luwu Timur, Senin (22/9/2025).

Kegiatan ini dijadwalkan selama dua hari, dengan peserta yang berasal dari guru madrasah, guru pondok pesantren, dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) se Kabupaten Luwu Timur.

Hadir sebagai narasumber, Mallingkai Ilyas, Wakil Sekretaris FKUB Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam paparannya, Mallingkai menguraikan sejumlah tantangan sosial-keagamaan di Luwu Timur, antara lain pertama, Keragaman agama dan suku yang menuntut sikap saling menghargai.

Kedua, Isu intoleransi dan potensi gesekan akibat perbedaan tafsir, budaya, maupun kepentingan politik. Ketiga, Pengaruh media sosial yang kerap membawa hoaks, ujaran kebencian, hingga narasi ekstrem.

Keempat, Pesantren dan madrasah yang dituntut menjaga tradisi keilmuan Islam sekaligus menanamkan nilai kebangsaan dan toleransi. Kelima, Guru PAI yang harus kreatif dalam menyampaikan ajaran agama, tidak hanya normatif, tetapi membentuk karakter moderat peserta didik.

Sebagai strategi implementasi, Mallingkai mendorong integrasi nilai moderasi dalam kurikulum PAI, pembiasaan budaya sekolah yang ramah anak dan inklusif, pengembangan ekstrakurikuler berbasis kebangsaan dan toleransi, serta literasi digital agar siswa lebih kritis terhadap hoaks dan ujaran kebencian.

“Moderasi beragama adalah kunci harmoni sosial di Luwu Timur. Madrasah, pesantren, dan guru PAI adalah garda terdepan. Implementasinya harus menyentuh kurikulum, budaya lembaga, dan keteladanan guru. Tujuan akhirnya mencetak generasi beriman, berakhlak, cinta tanah air, dan toleran,” tegas Mallingkai.

Kasi Pendis Kemenag Luwu Timur, St. Rabiah, dalam laporan kegiatan menyampaikan bahwa pelatihan ini diharapkan menambah wawasan guru madrasah, guru pondok pesantren dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang moderasi beragama untuk diaplikasikan di satuan pendidikan masing-masing. Ia menambahkan, usai kegiatan, akan dilaksanakan tes moderasi secara online bagi para guru.

Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Luwu Timur, H. Muhammad Yunus, dalam sambutannya menekankan bahwa Luwu Timur adalah “Indonesia mini” karena dihuni berbagai suku dan agama. Ia mencontohkan adanya rumah ibadah Bhinneka Tunggal Ika, yang terdiri dari masjid, gereja, dan pura dalam satu kompleks, sebagai simbol kebersamaan dalam keberagaman.

“Moderasi Beragama itu ibarat makanan, sudah sering kita nikmati. Namun, penting bagaimana narasumber mampu mengelaborasi bukan hanya teori, tapi juga pengalaman nyata dalam membangun kerukunan. Moderasi berarti menghadirkan solusi terhadap persoalan yang dihadapi dan memberikan kesejukan di tengah masyarakat,” ujar Muhammad Yunus.

Ia menegaskan, masyarakat Luwu Timur menjunjung tinggi persaudaraan dengan prinsip satu dalam perbedaan, berbeda agama namun tetap satu dalam adat, budaya, dan tradisi.

Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat peran para guru dalam menanamkan moderasi beragama, sehingga tercipta generasi penerus yang berkarakter, toleran, dan cinta tanah air.