Patut Dicontoh, Lewat Segregation Plant PT.Vale Mengolah Sampah Jadi Berkah

SOROWAKO– PT Vale Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan secara lingkungan, berdaulat secara ekonomi dan sosial . Yaitu mengurangi dampak lingkungan dari sampah bisa menjadi berkah.

PT Vale Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan ini berkomitmen menjadi lokus percontohan.

Ia membangun sistem pengelolaan sampah sebagai contoh praktik pertambangan yang baik dan berkelanjutan. Targetnya Zero Waste to Landfil 2050.

Dari Segregation Plant PT.Vale yang lokasinya berada di Main Office Plant Site Sorowako, Luwu Timur. disini kita diperilihatkan bagaimana cara PT Vale mengelola Sampah/ limbah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

Proses dari awal diperlihatkan, mulai dari truk bermuatan sampah masuk ke Segregation Plant lalu ditimbang hingga proses dumping, langka ini dilakukan sesuai SOP yang diterapkan PT Vale.

Selanjutnya, proses (segregasi). Disini ada 4 karyawan perempuan dari PT Hati Murni (perusahaan mitra PT Vale) mulai memilah tumpukan sampah , semuanya mengenakan helm, masker, dan kaus tangan.

sampah dari komuditi , botol plastik , alumunium dipisah sesuai jenisnya, untuk kemudian ditempatkan digudang penyimpanan yang tersedia di keranjang yang sudah tersusun rapi.

Kemudian di proses lagi menggunakan mesin press Alma hingga padat , hasilnya ini terlihat sampah plastik gelas sudah dipeping rapi dan dikemas dan siap untuk didistribusikan.

“Untuk sampah plastik beratnya 18 kilo satu kali press. 1,2 ton baru kita donasikan ke Bank Sampah,” kata Foreman Ground Work Segregation Plant PT Vale, Hery Sudarto dihadapan peserta media visit HUT PT.Vale ke 57 tahun, Jumat 25 Juli 2025.

Herly bilang, Bank Sampah yang jadi mitra PT.Vale ada empat diantaranya, Bank Sampah Sorowako, Bank Sampah Tabarano, Bank Sampah Mangani dan Bank Sampah Wasuponda.

Segregation Plant PT.Vale Milik Kapasitas Mengolah 15 Ton Sampah Perhari

Jenis sampah yang diproses di Segregation Plant PT.Vale ini terdiri dari ,karet, kain, kertas, aluminium,kaca botol beling, botol plastik, plastik, kayu, kompos, maggot (hasil pengolahan sampah organik).

Proyek pengelolaan sampah domestik berbasis sirkular ekonomi ini berdiri diatas lahan seluas setengah hektar dan memiliki kapasitas perharinya bisa mengelola 12 hingga 15 ton sampah dari berbagai jenis. Estimasi pertahunnya bisa mencapai 4 Ton, dengan biaya pengelolaan Rp 700 juta pertahun.

Sampah ini disuport dari perumahan karyawan , ada dari komuditi, kelurahan Mangani, Desa nikel dan Desa Sorowako.

“Untuk Periode Januari hingga Juli 2025, Segregation Plant PT.Vale sudah mendonasikan lebih dari 9 ton sampah ke bank-bank sampah,”katanya.

Herly menjelaskan, proses pemilahan sampah bernilai ekonomis ini mengedepankan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R) bagian dari langka mengurangi sampah yang dibuang ke TPA.

“Secara signifikan ini juga akan mengurangi sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),”katanya

 

Limbah B3

Tidak hanya sampah plastik, fasilitas ini juga megelola sampah B3, Pengelolaan limba berbahaya ini juga merupakan komitmen PT Vale untuk mengurangi produksi limbah di lingkungan secara menyeluruh baik yang dihasilkan dari kegiatan operasional maupun diluar operasional.

Untuk Pengelolaannya, kata Hery, sampah B3 ini dibekerjasamakan dengan pihak ketiga yang memiliki izin resmi yang pengelolaannya dilakukan secara aman sesuai standar yang sudah ditetapkan

“Jadi kami mempercayakan pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) kepada pihak ketiga yang memiliki izin resmi,”tambah dia

Berdayakan Warga Lokal, Limbah Kayu Palet Disulap Jadi Aneka Mabel

Umumnya , sampah dianggap sebagai limbah yang tidak berguna dan tidak memliki nilai ekonomis.

Tapi kali ini berbeda, limbah kayu palet bekas bantalan pengiriman barang dari PT.Vale justru disulap menjadi aneka mabel.

“Selain diolah sebagai bahan pupuk kompos , kayu palet ini juga dimanfaatkan masyarakat lokal diwilayah konsesi PT Vale jadi nilai rupiah,”kata Herly

Barang ini disulap menjadi aneka mabel, ada berupa meja dan kursi. Ditangan pengrajin kayu ini menjadi aksesoris di sejumlah resto yang ada di Sorowako.

“Limbah tidak selamanya menjadi sampah yang tidak berguna. Contohnya kayu palet ini, produk yang dianggap tidak bernilai bisa dikreasikan menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual,”katanya

Sampah Organik, Budidaya Manggot dan Pupuk Kompos

Disini, para jurnalis visit juga diperlihatkan cara mengelola sampah organik hingga budidaya Manggot. Sisa makanan rumah tangga diolah jadi maggot , sebagain juga dikelola sebagai pupuk kompos untuk digunakan pada proses Reklamasi Pasca Tambang dan pakan ternak.

Ditempat budidaya maggot. Sampah sisa makanan jadi santapan larfa dari lalat black soldier fly (BSF). Di sampingnya lagi ada bangunan mengolah sampah sisa makanan untuk dibuat pupuk kompos.

“Maggot ini kita donasikan juga untuk pakan ternak milik masyarakat. Jadi departemen eksternal yang ajukan lalu disalurkan ke masyarakat,” ungkap Muh Firdaus.

Muh Firdaus bilang, Sampah organik seperti sisa makanan dan kayu diproses menjadi kompos. Sisa Kayu palet dicacah menjadi serpihan kecil menggunakan mesin, lalu disimpan dan difermentasi menjadi pupuk kompos.

serbuk kayu ini sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan vegetasi pasca-tambang. Volume yang kami tangani setiap hari berkisar antara 500 hingga 700 kilogram.

Manager Operations and Reclamation Area PT Vale, Muh Firdaus Muttaqi menjelaskan untuk sampah dikelompokkan ke dalam tiga kategori, ada organik, nonorganik, dan limbah B3.

“Kompos yang dihasilkan masih sedikit. Baru 2,5 ton. Pupuk kompos ini digunakan untuk kebutuhan reklamasi. Jadi dipakai di Nursery,” terangnya.(*)

banner 728x250