MALILI — Beberapa Tim Ahli telah diturunkan untuk mengkaji sekitaran bangkai kapal perang Jepang, yang terletak di Jalan Lure, Dusun Malluse Tasi, Desa Balantang, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur.
Tim ahli yang diturunkan diantaranya, tim ahli penguji kualitas logam, penguji kualitas air, dan penguji tana endapan.
Kepala Seksi Sejarah dan Purbakala, Luwu Timur, Ariani Asa’ad mengatakan pihaknya akan menganggarkan Kapal Perang Jepang tersebut ketika hasil dari tim ahli telah keluar.
“Kita sisa tunggu hasil dari tim ahli yang telah turun, dan rencananya mereka akan kembali untuk memastikan kapal perang itu,” kata Ariani Asa’ad saat ditemui diruang nya Selasa (24/08/21)
Lanjut Ariani, kapal perang tersebut telah masuk sebagai cagar Budaya Kabupaten Luwu Timur, dikarenakan semua barang peninggalan yang usianya sudah lebih dari 50 tahun semua masuk sebagai cagar Budaya.
“Apabila sudah ada hasil dari tim ahli, sisa kita menyusun alokasi Anggaran berapa yang akan digunakan, jangan sampai saat diangkat kapal tersebut tapi ternyata ketahanan badannya rusak karna usianya sudah tua, maka itu kita membutuhkan tim ahli untuk meneliti itu,” kata dia.
Bahkan kata Ariani, Pemkab Lutim juga telah menyiapkan tim ahli dalam segi pengelolaan wisatanya, dimana tim ahli tersebut yakni tim ahli Kepariwisataan, dan tim ahli perencanaan.
Jadi untuk bangkai kapal perang tersebut hingga saat ini masi menuggu hasil tim ahli, apakah bangkai kapal tersebut akan dipindah tempatkan, atau tetap dilokasi itu namun hanya dilakukan pemeliharaan saja, semua akan diketahui setelah ada hasil dari tim ahli.
“Kapal itu telah masuk sebagai cagar budaya, sehingga itu akan menjadi bahan untuk disebar luaskan dan akan diketahui anak anak kita,” jelas Ariani.
Terpisah, salah seorang warga yang tinggal didekat bangkai kapal perang tersebut, Apdi mengatakan dia telah tinggal lama didekat lokasi bangkai kapal perang Jepang itu, namun belum pernah mendengar atau mendapat benda benda lain yang ada didalam kapal tersebut.
“Itu sekarang kapal dijadikan tempat mainan anak anak saat mandi, apalagi posisinya dekat dari tanggul depan rumah,” jelas dia.
“Bahkan dia berharap agar benda seperti ini diperhatikan, apalagi peninggalan sejarah. Jadi sayang kalau ditelantarkan begitu saja dari tahun ke tahun,” harap dia.(***)